Minggu, 23 Maret 2014

PEMILU 2014 GOLPUT TETAP MENINGKAT



 

Berbicara mengenai Pemilu tentu saja tidak luput dari masalah golput. Masyarakat lebih memilih golput daripada memilik wakil rakyat, partai, pemimpin daerah ataupun presiden dalam Pemilu. Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak percaya pada para elit politik dan para pemimpin akibat perilaku mereka yang  kerap kali mengecewakan rakyat, seperti korupsi dan mengumbar janji-janji saat kampanye kemudian setelah mereka sudah menjadi pejabat, mereka lupa akan janji-janji yang pernah dilontarkan. Golput di Indonesia terus meningkat dalam setiap Pemilu di Indonesia. Pada Pemilu Legisllatif 1999 jumlah golput hanya sebesar 6,3%, pada Pemilu 2004 menjadi sekitar 16 %, dan pada Pemilu 2009 meningkat lagi menjadi 29,1%. Lalu, bagaimana dengan Pemilu tahun 2014? Dengan begitu hancurnya citra para elit politik dan para pemimpin di mata masyarakat saat ini dapat dipastikan tingkat golput akan meningkat dari Pemilu tahun 2009. Terutama dikalangan remaja lebih banyak memilih untuk golput. Dari kenyataan yang saya lihat di sekitar saya sudah dapat dipastikan akan banyak yang memilih untuk golput di kalangan pemuda. Seperti di kampus saya, BEM sudah bekerja sama dengan KPU agar mahasiswa yang dari luar kota dan luar pulau bisa memilih caleg dan capres dikampus, dengan maksud untuk menekan tingkat golput di kalangan mahasiswa. Namun, yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Sampai akhir maret ini masih banyak mahasiswa yang acuh tak acuh terhadap upaya BEM dan KPU tersebut. Dari beberapa orang yang saya tanyakan apakah mereka akan mengikuti pileg dan pilpres, sebagian besar menjawab tidak akan ikut pilpres dan pileg karena mereka menganggap para elit politik dan para pemimpin itu sama saja. 
Sebenarnya, masih banyak dari elit politik yang dapat dipercaya, tapi yang bagus sudah tertutup oleh yang jelek, sehingga masyarakat selalu menganggap para elit politik sama saja tidak ada yang dapat dipercaya. Seharusnya para elit politik dan para pemimpin dapat belajar dari hal-hal yang sudah terjadi agar masyarakat dapat mempercayai mereka. Tetapi, sebagian besar dari mereka selalu mengulang keburukan yang telah terjadi sebelumnya, mereka bukannya memperbaiki suasana tetapi malah memperburuk suasana. Sehingga masyarakatpun semakin tidak mempercayai mereka. Hal inilah yang menjadi penyebab utama golput dalam Pemilu di Indonesia terus meningkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar